Terbentuknya sebuah wilayah (macro maupun micro) tentunya memiliki suatu nilai sejarah tersendiri. Nilai sejarah yang dimiliki tentunya akan menjadi warisan bagi para generasi penerus di daerah bersangkutan. Pelaku utama yang ikut terlibat di dalamnya tentunya harus berperan dalam memberikan pengetahuan tentang nilai sejarah daerahnya sendiri, sehingga para generasi mudanya tetap tahu tentang asal-usul daerah tempat tinggalnya.
Berbeda dengan yang terjadi di desa Pengejaran, kecamatan Kintamani-Bangli, tidak ada informasi yang dapat dihimpun untuk mengetahui sejarah terbentuknya desa Pengejaran. Dari sumber yang telah diwawancarai, hanya bisa ditelusuri dari dinamika demografinya saja.
Sentralnya seorang tokoh masyarakat memiliki sebuah arti besar bagi masyarakatnya. Ini dapat dilihat dari dinamika penduduk yang terjadi pada sejarah desa ini, pada zaman pasca kemerdekaan Indonesia tepatnya tahun 1946. Dimana salah satu tokoh masyarakat desa Pengejaran yang bernama Jero Bayan Depin wafat ditembak tentara Belanda (NICA). Beliau, wafat ketika tentara Belanda menyerang desa Pengejaran. Akibat terjadi serangan dari pihak Belanda, maka masyarakat Pengejaran berpindah kedaerah lain, salah satunya adalah Belandingan.
Karena keadaan desa Pengejaran yang sangat sepi, maka timbul inisiatif dari tokoh desa Selulung dimana desa tersebut berbatasan langsung di sebelah timur desa Pengejaran untuk memerintahkan warganya menempati wilayah desa Pengejaran. Sehingga sebagai tanda awal kepindahan masyarakat ke desa ini, ditanamlah pohon beringin yang sekarang ini sudah tumbuh tinggi dan besar yang berada di dekat dengan kantor Kepala Desa. Masyarakat desa ini kebanyakan adalah orang-orang yang berasal dari desa selulung. ini dapat dibuktikan dimana banyak warga desa memiliki sanggah gede atau pemerajan di desa Selulung. Inilah sejarah singkat dari sudut pandang demografis desa Pengejaran.